Myanmar Menandatangani Perjanjian untuk Mengembalikan Pengungsi Rohingya

Agen bola terpercaya Myanmar dan PBB tanda-tangani kesepakatan Rabu untuk memulai pulangkan Muslim Rohingya yang larikan diri dari negara tersebut sepanjang perlakuan keras pemerintahan.

Memorandum of understanding yang diberi tanda tangan di Yangon mengatakan supaya “suka-rela, aman, bermartabat dan berkesinambungan” kembalikan beberapa dari 700.000 Rohingya yang saat ini ada di seberang tepian di kamp pengungsi Bangladesh.

Dua keadaan yang terpenting untuk kesuksesan kesepakatan ini ialah hak kewarganegaraan untuk Rohingya, yang tak pernah dipandang seperti masyarakat negara Myanmar, dan akhiri kekerasan, kata koordinator kemanusiaan Knuth Ostby.

Situs agen bola “Apa yang membuat demikian spesial ialah besarnya rintangan yang ditemui beberapa orang yang hidup pada keadaan yang tidak mungkin di lain sisi [di Bangladesh], dan ini ialah pembukaan untuk kami untuk memulai lakukan suatu hal mengenai hal tersebut,” kata Ostby.

Sementara timeline untuk kembalinya pengungsi ke negara sisi Rakhine Myanmar bukan sisi dari kesepakatan, Ostby menambah visi akan diawali “selekasnya.” Kesepakatan itu pun tidak mengulas jalan ke arah kewarganegaraan di Myanmar yang beberapa beragama Buddha untuk minoritas Rohingya.

Sesuatu perlakuan keras 2017 oleh polisi dan militer Myanmar disampaikan oleh PBB dan Amerika Serikat untuk contoh pembersihan etnis. Ini menggerakkan kenaikan penyeberangan pengungsi ke Bangladesh, di mana Rohingya hidup pada keadaan yang kotor.

Kesepakatan itu memberikan dua agen U.N. akses ke tempat di Rahkine, awalnya mereka dilarang bertandang.

Sementara Ostby beri pujian kesepakatan itu sebagai “langkah awal dan penting,” Mathew Smith dari organisasi hak asasi manusia, Fortify Rights menulis jika itu tidak janjikan peralihan.

“Bila mereka ingin pulangkan beberapa pengungsi mereka harus awali dengan tutup kamp-kamp interniran [di Negara Sisi Rakhine] dan memberikan dukungan Rohingya dari kamp-kamp itu untuk membuat lagi kehidupan mereka secara bermartabat,” kata Smith ke NPR, menambah jika Rohingya belum sempat dijajakan kewarganegaraan atau kebebasan pergerakan. “Pemerintahan tidak lakukan semuanya.”