Wanita yang kurang terwakili di bidang tehnologi, baik sebagai customer atau produsen, bukan hanya bikin rugi mereka sendiri tapi juga untuk warga keseluruhannya, karena wanita bawa sudut pandang dan ketrampilan yang unik. Mengusung rumor ini, beberapa perusahaan tehnologi sudah membuat program untuk mengikutsertakan semakin banyak wanita dalam tehnologi.
Misalkan, perusahaan tehnologi global Google, yang tawarkan beragam produk untuk semuanya orang, Agen bola terpercaya yakin jika wanita bisa memberikan sudut pandang baru dalam usaha, khususnya mengenai bagaimana operasional usaha bisa dibikin jadi lebih efektif dan maksimal.
Isabella Wibowo, Taktikc Partnerships Manajer YouTube Situs agen bola Indonesia, mengutarakan jika benar-benar susah temukan wanita di perusahaan yang fokus pada Sains, Tehnologi, Tehnik, dan Matematika (STEM), bahkan juga di saat-saat awalnya Google sekalinya. Maka dari itu, perusahaan tehnologi itu membuat program Women@Google Community.
“Program ini mempunyai dua arah: pastikan wanita bisa dididik dan disiapkan untuk masuk ke dunia tehnologi dan pastikan wanita bisa bertahan sesudah mereka masuk ke dalam lanscape tehnologi. Umumnya wanita tidak mempunyai tempat untuk bermain yang sama dengan saat mereka tergabung dengan perusahaan tehnologi, menjadi program ini coba mengubahnya,” kata Isabella.
Dalam pada itu, Mapan, sebuah startup berbasiskan komune digital yang di inspirasi oleh ide arisan di Indonesia, menarget usaha mereka untuk mendayagunakan komune wanita dan menolong mereka tingkatkan penghasilan mereka.
“Kami pahami jika ketimpangan permodalan umumnya terjadi pada wanita. Mereka tidak mempunyai pendapatan dan alami kesusahan dalam membuat upayanya. Kami membuat ruangan di mana arisan bisa jadi tempat untuk mereka untuk mendapat pendapatan – sebagai pimpinan barisan – sekalian jadi pimpinan dalam literatur keuangan untuk beberapa anggota arisan disekitaran mereka,” tutur Ardelia Apti, Chief Executive Officer Mapan dalam info persnya, Jumat (10/3).
Adapun, Grace Tahir, Co-Founder Medico dan Everest Media, share pengalaman pribadinya sebagai inisiator content wanita. Ia melihat jika tehnologi sudah memberikan semakin banyak opsi untuk wanita dan angkatan muda menjadi diri sendiri tanpa mengganti personalitas mereka jadi figur tertentu yang sudah dilukiskan oleh media tradisionil sepanjang beberapa puluh tahun.
“Bila kita tidak mempunyai sosial media ini hari, saya berpikir saya tidak ditempatkan kerja oleh industri media untuk tampil di muka monitor. Sosial media sudah memberikan lebih beberapa pilihan yang lebih bagus untuk beberapa anak dan wanita yang semakin lebih muda. Mereka tidak harus dipaksakan makan dengan 1 gambar tertentu. Sebagai inisiator content, saya harus memberikan dampak yang positif, bukan hanya antara beberapa teman saya tapi juga untuk angkatan selanjutnya. Saya berpikir semakin banyak pembikin content wanita yang lakukan itu,” kata Grace.